Menu Baru Web PWS Medan

Bergabunglah dengan Paguyuban Wargi Sunda versi FaceBook , dapatkan info PWS terbaru , Jangan lupa DOWNLOAD File berbentuk Powerpoint ( pps ) dari web ini , dan semuanya tentu saja Gratis untuk anggota dan pembaca setia Web PWS - Medan , Haturnuhun
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Senin, 23 Juni 2008

Kisah Delapan Mata Angin

Ada seorang murid yang sudah bertahun-tahun belajar ilmu kebijakan dari seorang guru di sebuah pulau terpencil. Kini ia merasa telah cukup ilmu dan berniat untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat di seberang pulau.

Singkat kata, ia pamit pada sang guru dan meninggalkan pulau terpencil tersebut.


Beberapa lama kemudian ia mendirikan sebuah perguruan dan memiliki banyak murid pula. Teringat ia pada sang guru, ia ingin menunjukkan hasil pengabdiannya selama ini. Ia lalu menulis sebuah kitab yang berisi ajaran-ajaran kebijakan.

Kitab itu diberi judul "Kitab Delapan Mata Angin" karena bila orang mengamalkan isi kitab itu maka ia akan tetap tegar dalam kebenaran meski didera angin badai dari delapan penjuru mata angin.

Ia mengutus seorang muridnya untuk mengantarkan kitab itu pada gurunya di

seberang pulau.

Sang guru , si Kabayan menerima kiriman "Kitab Delapan Mata Angin" dengan suka cita.
Namun, setelah membaca isinya, tanpa terduga-duga beliau mencorat-coret sampul kitab itu dengan tulisan "Kamu tak lebih dari angin kentut belaka".
Sang guru mengembalikan kitab itu.

Betapa terkejutnya si murid ketika menerima dan membaca tulisan sang guru. Mukanya merah padam. Ia memutuskan untuk menemui gurunya dan meminta
penjelasan apa maksud tulisan itu. Bergegas ia melepas tali perahu dan mendayung sendiri menemui gurunya.

Sesampai di sana, ia langsung bertanya pada gurunya,
"Apa maksud guru menulis kata-kata kotor seperti ini?"

Jawab sang guru dengan kalem,

"Lho... katanya kamu mampu bertahan dari
gempuran angin badai yang datang dari delapan penjuru mata angin. tapi,
mengapa, hanya dengan tiupan angin kentut saja, sudah membuatmu terpental
dari seberang sana ke pulau terpencil ini, heh..?

Mendengar jawaban gurunya, ia langsung menyesali kesalahannya.

Renungan ...!
Setinggi apa pun kebijakan yang terucap di bibir atau tertulis di
buku tak lebih berarti daripada yang terpatri dalam hati.

Arti Sekeping Upah

Seorang pemuda yang telah lama membujang akhirnya memutuskan untuk menikah dan segera mempunyai anak.

Katanya,

"Apalah artinya aku bekerja setiap hari,
bila tak tahu kepada siapa aku harus membelanjakan upah yang kuterima?"

Apakah artinya upah bagi anda? Setiap sen upah yang anda terima adalah wujud hasil kerja dan kekuatan diri anda.

Upah adalah sebentuk baru dari energi kekuatan yang mengalir melalui setiap tetes keringat anda.
Energi itu sebelumnya telah mengarungi lautan komis, sinar matahari, gelombang ombak samudra bahkan
dedaunan hijau. Kini ia singgah di genggaman anda.

Namun, anda takkan dapat menghentikan perjalanannya. Ia harus terus melaju ke manapun ia akan mengalir.
Energi adalah aliran abadi alam raya. Itulah mengapa anda selalu berkeinginan membelanjakan upah anda.

Namun, bukan sekedar menghamburkannya, anda harus menjadi tempat persinggahan terbaik bagi energi itu. Anda bisa tunjukkan jalan kemana energi itu menuju.

Berikan kepada mereka yang anda cintai dengan setulus hati demi kebaikan hidup ini. Di sanalah anda temukan makna dalam setiap keping upah yang anda terima.

Sabtu, 21 Juni 2008

Mohon Maaf

Sehubungan dengan faktor teknis , kami kesulitan meng akses blogspot beberapa hari ini.

Sehingga posting artikel menjadi terhambat.

PWS - Medan

Rabu, 18 Juni 2008

SI JONI TÉA .......

Juma'ah kamari di masjid Cisomang, Cikalong.
Geus pukul dua welas saparapat can aya kénéh anu adan.
Cenah mah alatan mang Sarkawi tukang adan resmi, nuju teu damang.

"Saha anu tiasa adan ?", mama ajengan naros.
"Geus, aing lah........pira ogé adan....." ceuk si Joni maju.

Si Joni téh katelah budak baong, préman pasar.
Hadirin marolohok mata simeuteun.....teu nyangka.
Ceuleungkeung si Joni adan........ alus naker !

"Haayya allasshhoolllaaaaahhh....!"

Celetuk aya budak ngaharéwos ka baturna :

"Gening bisaeun nya si Joni téh adana "

Sigana mah kadéngéeun ku si Joni nu keur adan, pék ngomong bari agul :

"Si Joni téa atuh ! Tibubudak ogé geus bisa !" ceuk si Joni nyelang heula.

Atuh geumpeur saréréa da kana speaker masjid !

Abah Téa

Senin, 16 Juni 2008

IBROH


Suatu sore, ditahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis,tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu dihadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu 'jenggel' milik tuan Roberto yang fanatik Kristen itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.

"Hai...hentikan suara jelekmu! Hentikan...!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakan mata.

Namun apa yang terjadi ? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang lasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.

Dengan congak ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.

Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata Rabbi, waana'abduka...

Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,

"Bersabarlah wahai ustadz...Insya Allah tempatmu di Syurga."

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz olehsesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya. Ia diperintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.

"Hai orangtua busuk! Bukankah engkau tahu,aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Spanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapak kami, Tuhan Yesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tak pernah terdengar lagi di sini."

Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mau minta maaf dan masuk agama kami."

Mendengar"khutbah" itu orang tua itu mendongakkan kepala,menatap Roberto dengan tatapan tajam dan dingin.
Ia lalu berucap,

"Sungguh...aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, ALlah. Bila kini aku berada dipuncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya,patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat diwajahnya. Laki-laki itu terhuyung.Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'.

Adolf Roberto bermaksud memungutnya

Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto.

"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!"ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain,akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu.

Sepatu lars berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto.Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus.

Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.

"Ah...sepertinya aku pernah mengenalbuku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya.

Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.

Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak.Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar dinegeri tempat kelahirannya ini.

Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan dilapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan,beberapa puluh wanita berhijab(jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak dilapangan Inkuisisi yang telah senyap. korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan.

Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sembari menggayutinya.Sang bocah berkata dengan suara parau,

"Ummi, ummi,mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa....? Ummi, cepat pulang kerumah ummi..."

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah ituberteriak memanggil bapaknya

"Abi...Abi...Abi..."

Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai...siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.

"Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi..." jawab sang bocah memohon belas kasih.

"Hah...siapa namamu bocah, coba ulangi!"bentak salah seorang dari mereka.

"Saya Ahmad Izzah..." sang bocah kembali menjawab dengan agak grogi.

Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.
"Hai bocah...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu.

Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang 'Adolf Roberto' ..Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.

Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Sang Jendral itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris,

"Abi...Abi...Abi..."

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya.Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada didalam genggamannya adalah Kitab Suci Al Qur'an milik bapaknya,yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya.

Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusar. Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini.Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut,

"Abi... aku masih ingat alif, ba, ta, tha..."

Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.

Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.

"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi,tunjukkan aku pada jalan itu..."

Terdengar suara Jendral Roberto memelas. Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Airmatanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran ALlah.

Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap :

"Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,"

Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah

"Asyahaduanla Illaaha ilAllah, wa asyahadu anna MuhammadRasullullah...'.

Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini.

Kini Ahmad Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir.Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, 'Islam,sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya... " Al-Ustadz Ahmad IzzahAl-Andalusy.

Benarlah firman Allah...

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut arahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS>30:30)


Paguyuban Wargi Sunda - Medan

BALASAN MENINGGALKAN SHOLAT


Di zaman Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak.

Ketika mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap darah mayat.

Lalu mereka coba untuk membunuh ular itu.
Saat mereka mencoba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut,

"Laa ilaaha illallahu Muhammadu Rasulullah, mengapakah kamu semua hendak membunuh aku?
Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah.

Allah S.W.T yang memerintahkan kepadaku supaya menyiksanya sehingga sampai hari kiamat."

Lalu para sahabat bertanya,

"Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?"

Berkata sang ular,

"Dia telah melakukan tiga kesalahan, di antaranya :

"1. Apabila dia mendengar azan, dia tidak mau datang untuk sembahyangberjamaah.
2. Dia tidak mau keluarkan zakat hartanya.
3. Dia tidak mau mendengar nasihat para ulama.

Maka inilah balasannya."

Sabtu, 14 Juni 2008

Apa yang Kita Sombongkan?


Si Kabayan yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja , ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras.Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya,

"Apa yang sedang Abah lakukan?"

Sang Guru menjawab,

"Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali.Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari.

Di tingkat terbawah, sombong disebabkanoleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat dari pada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten,dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan,semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan.Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri ( self-confidence).

Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego disatu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan.

Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah"tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah.Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam.

Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.

Kalau begitu, apa yang kita sombongkan ?

Jumat, 13 Juni 2008

Empat Obat Mujarab


Seorang laki - laki muda .Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia sedang dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah.Ia memutuskan untuk pergi ke seorang tabib sebelum menjadi amat terlambat.

Setelah mendengarkan keluhannya, Kabayan si tabib memberikan empat bungkus obat sambil berpesan;

"Besok pagi sebelum jam sembilan pagi engkau harus menju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini."

Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Dipantai nanti anda membuka bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tercatat pada bungkusannya, yakni pada jam sembilan, jam dua belas, jam tiga dan jam lima. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh."

Orang tersebut berada di antara percaya dan ragu akan resep yang diberikan si Kabayan. Namun demikian pada hari berikutnya ia pergi juga kepantai.

Begitu tiba di pesisir pantai di pagi hari, sementara matahari pagi mulai muncul di ufuk timur dan laut biru memantulkan kembali sinarnya yang merah keemasan itu, sambil deru ombak datang silih berganti, hatinya dipenuhi kegembiraan yang amat dalam.

Tepat jam sembilan, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat didalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan:

"Dengarlah."

Aneh bin ajaib, orang tersebut patuh pada apa yang diperintahkan. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secra perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan melodi musik alam dipantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam dua belas tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis;

"Mengingat".

Ia beralih dari mendengarkan musik pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih diwajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar bathinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam tiga tepat ,ia menemukan secaraik kertas dengan tulisan:

"Menimbang dan menilai motivasi".

Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan masyarakat.

Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain.Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis:

"Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai."

Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata

"cemas".

Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya.

Bibir pantai seakan disapu bersih, kata "cemas" yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Renungan :
Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas ???
Mungkin saya, mungkin pula anda.
Pernahkah saya secara tulus mendengarkan bahasa batin saya sendiri ?

Atau pernahkah saya mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi dimasa silam namun telah membentuk siapa saya saat ini ??
Apa yang menjadi motivasi utama hidup saya hari ini dan besok ??
Dan apa kecemasan saya ??

Kamis, 12 Juni 2008

Kisah seorang guru dan dua muridnya


Alkisah di negeri Cimande - Pasundan hidup seorang guru silat yang sudah sangat tua, si Kabayan namanya .Ia mempunyai dua murid yang masing-masing memiliki tingkat keseriusan, semangat, dan keuletan belajar ilmu silat yang sama.

Untuk mewariskan perguruannya, ia harus memilih yang terbaik dari keduanya.

Pertandingan di antara mereka pun dilakukan. Namun, beberapa kali adu kekuatan selalu berakhir dengan seimbang. Mereka ternyata mampu menyerap ilmu yang sama dari Kabayan , si guru silat. Selain itu, keduanya juga sering berlatih bersama-sama sehingga masing-masing sudah mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

Untuk mengetahui mana di antara mereka yang lebih baik dan lebih cerdik, Kabayan terpaksa menggunakan cara lain.

Suatu tengah malam, Kabayan memanggil kedua muridnya dan memberi mereka tugas,

"Besok pagi kalian pergilah ke hutan mencari ranting pohon. Siapa yang pulang dengan hasil yang terbanyak, dialah yang keluar sebagai pemenang."

Sambil menarik napas panjang si Kabayan memperhatikan kedua muridnya yang sedang mendengarkan dengan serius kemudian ia melanjutkan,

"Waktu yang tersedia untuk kalian adalah jam lima pagi sampai jam lima sore."

Kemudian Kabayan mengambil sesuatu dari bawah meja dan berkata,

"Ini adalah dua bilah parang yang dapat kalian gunakan, ada pertanyaan?"

Karena merasa tugas yang diembankan kepada mereka mudah, mereka pun serempak menjawab,

"Tidak."

"Baiklah kalau begitu, sekarang, kalian cepatlah beristirahat dan besok bangun lebih pagi," Nasihat si Kabayan.

Mendapat tugas yang baru ini, di benak murid yang pertama langsung terbayang bahwa keesokan harinya ia harus bekerja lebih keras dan lebih serius karena waktunya terbatas. Ia terlalu terfokus pada waktu, yakni harus berangkat jam5 tepat , tidak boleh kurang satu detik pun dan pulang jam 5 sore , tidak boleh lebih. Setelah yakin dengan waktunya, ia pun pergi tidur.

Dengan tugas yang sama, murid kedua lebih terfokus pada pekerjaan yang harus dilakukannya. Ia langsung memeriksa parang yang disediakan oleh gurunya, dan ternyata parang tersebut adalah parang tua yang sudah tumpul.

Maka, ia pun memutuskan, besok sebelum berangkat ia akan mencari batu asah untuk mengasah parangnya agar menjadi tajam dan siap digunakan. Dengan parang yang lebih tajam, hasil yang sama dapat diperoleh dengan upaya yang lebih sedikit,pikirnya.

Tantangan kedua yang terbayang di benaknya adalah bagaimana cara membawa ranting pohon lebih banyak secara efisien dan efektif ?

Sementara temannya sudah tertidur lelap, ia masih mondar-mandir di depan kamarnya, memikirkan cara terbaik untuk membawa ranting dengan jumlah lebih banyak. Setelah berpikir cukup lama dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan, ia memutuskanuntuk menyiapkan tali pengikat dan tongkat pikulan sebelum berangkat keesokan harinya.

Dengan memikul ranting menggunakan tongkat pikulan. Paling tidak, ia bisa membawa dua ikat besar ranting-satu di depan dan satu lagi dibelakang , itu berarti dua kali lipat lebih banyak dibandingkan memanggulnya.Dengan perasaan puas, ia pun pergi tidur.

Keesokan harinya, murid pertama yang sudah berencana akan bekerja keras , ,bangun tepat waktu dan langsung berangkat ke hutan.

Sementara itu, murid kedua masih tidur karena terlambat tidur memikirkan strategi. Tepat jam enam pagi, murid kedua bangun. Sesuai rencana, ia segera mencari batu asah dan mengasah parangnya sampai benar-benar tajam.Kemudian ia mencari tali dan tongkat pikulan. Setelah semua perlengkapan siap, ia segera berangkat ke hutan, jam menunjukkan pukul tujuh lebih.

Ketika jam menunjukkan pukul satu siang, murid kedua sudah berhasil mengumpulkan ranting cukup banyak. Ia segera mengikatnya menjadi dua dan memikulnya pulang. Sesampainya di rumah, diserahkannya ranting-rantingtersebut kepada gurunya. Ia berhasil mendapat banyak ranting dan pulang lebih cepat.

Sementara itu, murid pertama, karena tidak mengasah parangnya, harus menggunakan waktu dan energi yang lebih besar untuk memotong ranting pohon.Dengan demikian ia juga memerlukan waktu yang lebih banyak untuk beristirahat karena kelelahan. Belum waktu yang ia gunakan untuk mencari tali pengikat. Selain itu, dengan caranya membawa ranting kayu yang dipanggul di pundaknya, jumlah yang bisa dibawanya juga terbatas.

Renungan :
Terkadang kita terbelenggu oleh kerutinan kerja sehari - hari , sehingga lupa " mengasah parang " yang berupa belajar , ikut pelatihan , training , mengadakan meeting , briefieng pagi dan lain - lain.


Padahal kegiatan diatas yang menurut kita " buang waktu " tersebut justru merupakan sarana ampuh untuk meningkatkan dan mengembangkan Skill , Knowledge dan Attitude kita.

Pelatihan , training , meeting , briefieng , pengarahan atau belajar pada dasarnya adalah bertujuan untuk " memudahkan " pekerjaan kita sehari - hari.

Bukankah mengasah parang selama 3 menit sangat tidak berarti saat kita harus menebang pohon selama 3 jam . . . . . . . . . . . .

Djodi Ismanto
www.pwsmedan.blogspot.com
http://www.djodiismanto.blogspot.com/

Rabu, 11 Juni 2008

Setiap Orang Dengan Rezekinya Sendiri - Sendiri


Si Kabayan mendatangi seorang ustad untuk meminta nasihatnya sehubungan dengan rejeki dan penghidupan yang sedang dialami olehnya.

Sang Ustad memberi saran kepada si Kabayan untuk melakukan hal berikut:

"Nanti malam siapkan makanan yang cukup untuk 10 orang yang kelaparan.Pergilah dan bawa serta makanan itu ke sebuah tempat. Sesampai di sana, ketuklahpintu rumah yang ada di situ. Serahkan makanan yang kamu bawa kepadapenghuni rumah. Mereka adalah orang fakir dan yatim. Setelah menyerahkan makanan itu, tanyakanlah apa yang kamu hajatkan. Mereka pasti akan memberikan jawaban yang bisa memecahkan persoalanmu."

Pulanglah si Kabayan. Sesampai di rumah ia menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Ketika petang akan menjelang berangkatlah ia menuju tempat yang disebutkan tadi. Sampai di tempat yang dimaksud, ternyata itu merupakan sebuah gubuk reyot.

Dari kondisi rumah seperti itu, bisa ditebak orang-orang yang menjadi penghuninya. Diketuklah pintu gubuk itu, dan tak lama kemudian keluarlah seorang ibu menemuinya, menanyakan keperluannya.

"Siapakah gerangan Tuan ini?"

"Saya datang ke sini mengantarkan makanan untuk Ibu dan anak-anak Ibu,terimalah pemberian saya yang tulus ini."

"Alhamdulillahirabbilalamin! tapi anak-anak sudah tidur lelap. Terima kasih atas segala perhatian yang Tuan berikan kepada kami."

"Kalau memang anak-anak sudah tidur, tidak apa-apa. Tolong Ibu terima saja makanan ini, karena saya memang telah menyiapkan untuk keluarga ibu.Barangkali saja ibu bisa memberikannya kepada mereka besok."

Si Kabayan memberi saran agar si ibu itu mau menerima makanan yang dibawanya itu.Namun, tangan si ibu belum juga diulurkan untuk menyambut pemberian itu. Malah, si ibu kembali memberikan jawaban yang tentu saja membuat si Kabayan itu terheran-heran.

Betapa tidak, di tengah penderitaan yang tampak olehnya, si ibu malah menolak pemberian makanan yang justru menurut pikiran Kabayan akan bisa meringankan penderitaan si ibu dan anak-anaknya.

"Apa jaminan Anda bahwa anak-anak saya yang sedang lelap tidurnya itu akan bisa hidup sampai besok hari ?"

"Insya Allah, mereka akan hidup sampai besok hari."Kata si Kabayan.

Sang ibu belum juga menerima pemberian itu, bahkan kembali menjawab saran Kabayan.

"Sesungguhnya Allah lah yang akan menetapkan hidup bagi mereka itu. Ia pulalah yang akan menetapkan rezeki bagi mereka." kata si Ibu

Meskipun sudah mendapatkan jawaban seperti itu, Kabayan tetap saja memaksa agar si ibu mau menerima makanan yang dibawanya itu. Si ibu tetap menolak dengan alasan bahwa anaknya sudah tidur.

Tetapi, karena terus-menerus dipaksa, akhirnya ia menjawab dengan tegas.

"Sungguh besar dosa yang akan aku pikul seandainya aku menerima makanan itu kemudian hanya menyimpannya saja, menunggu sampai anak-anak bangun besok. Sementara itu, di sana, di tempat lain, ada banyak orang yang justru tidak dapat tidur saat ini karena harus menahan rasa lapar yang menggerogoti perutnya."

CEULEUKEUTEUK


NU PANGSAEUTIKNA DOSA

"Teung, ceuk mama ajengan kamari di masjid, lamun urang difitnah, dosa urang téh ngurangan", ceuk si Kabayan ka pamajikannana.

"Atuh ari kitu mah pasti urang nya anu pangleutikna dosa !", témbal si Iteung.

" Naha kitu ?"

"Apan urang mah réa anu ngaromongkeun, anu nyieun carita. Cenah si Kabayan kieu-kieu, si Iteung kieu-kieu, padahal mah ampir kabéh sabenerna mah can pernah dilakukeun ku urang!"

"Heueuhnya.......Mugi dihapunten sagala kalepatanana ku Gusti...."


Abah Tea
Kang Deddy Setiawan
PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors

Kerikil Hitam dan Kerikil Putih


Beberapa puluh tahun yang lalu, bila seseorang berhutang uang, ia dapat dijebloskan ke dalam penjara. Ada seorang pedagang yang mengalami nasib sial, karena mempunyai banyak hutang kepada peminjam uang.

Peminjam uang yang sudah tua dan berparas jelek itu ternyata menyukai anak gadis si pedagang yang berwajah cantik. Ia mengajukan tawaran kepada si pedagang bahwa ia akan menghapus hutang si pedagang itu kalau ia memberikan anak gadisnya.

Si pedagang yang tidak lain adalah si Kabayan dan anak gadisnya merasa ngeri atas tawaran tersebut. Sementara itu si peminjam uang yang licik itu mengatur strategi agar mereka membiarkan keadilan memutuskan penyelesaian atas persoalan itu.

Ia mengatakan kepada mereka berdua bahwa ia akan menaruh dua butir kerikil ke dalam tas yang kosong, satu berwarna hitam dan satunya putih. Si gadis harus memilih satu diantaranya. Jika ia memilih kerikil hitam, maka ia harus menjadi istrinya dan hutang ayahnyapun akan dihapuskan.

Jika ia menolak mengambil kerikil itu, si Kabayan akan dijebloskan ke penjara, hingga ia akan mati kelaparan karena tidak ada orang yang akan memperhatikan dia.

Akhirnya dengan penuh keraguan, si Kabayan dan anaknya setuju. Mereka berjalan menuju taman milik si pedagang. Tiba-tiba si peminjam uang berhenti dan membungkukkan badannya memungut dua butir kerikil.

Ketika ia melakukan hal itu Kabayan dan si gadis mengamati gerak-geriknya dengan seksama bercampur takut. Mereka melihat bahwa si peminjam uang itu mengambil dua butir kerikil yang berwarna hitam, dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian si peminjam itu meminta si gadis untuk memilih kerikil yang ada di dalam tas.

Jika anda mengalami situasi seperti si gadis itu, apa yang dapat anda lakukan?
Jika anda mempunyai jalan keluar untuk gadis itu, apa yang akan anda nasehatkan?


- Gadis itu sebaiknya menolak mengambil kerikil ?

- Gadis itu harus memberitahu bahwa di dalam tas ada dua buah kerikil hitam dan mengatakan kepada orang-orang bahwa si peminjam uang adalah seorang penipu.?

- Gadis itu sebaiknya mengambil sebuah kerikil yang berwarna hitam dan mengorbankan dirinya demi menyelamatkan ayahnya?



?





?




?




Gadis tersebut di atas ternyata memasukkan tangannya ke dalam tas dan mengambil sebutir kerikil. Tetapi tanpa melihat pada kerikil yang diambilnya, ia meraba-raba dengan gemetar sehingga kerikil itu jatuh di antara kerikil-kerikil yang lain di atas tanah. Kerikil yang jatuh sudah tidak jelas bentuk dan warnanya.

"O, betapa memalukan aku ini," katanya.

"Tidak apa-apa. " kata si peminjam uang.

" Nah sekarang jika anda melihat di dalam tas, maka anda dapat mengatakan kerikil mana yang telah saya jatuhkan. Sebab dengan mengetahui warna kerikil yang ada di dalam tas maka engkau akan tahu kerikil mana yang telah saya pilih ." jawab si gadis.

Karena yang tertinggal di dalam tas adalah kerikil hitam, maka dapat dipastikan bahwa gadis itu telah memilih " kerikil putih ' .

Tentu saja si peminjam uang tidak akan mau membongkar ketidakjujurannya.
Maka dengan demikian seluruh hutang si Kabayan dihapuskan dan gadis itu tidak jadi dinikahinya.

" Serapih - rapihnya kezaliman yang dipersiapkan , masih kalah hebat oleh sebuah kecerdikan "


Paguyuban Wargi Sunda - Medan
http://www.pwsmedan.blogspot.com/

Selasa, 10 Juni 2008

Sop Batu Ajaib


Suatu ketika terjadi bencana kelaparan disebuah negara. Orang2 mulai menimbun makanan dan menyembunyikannya dari para tetangga dan teman2nya.

Suatu hari, si Kabayan tiba kesuatu dusun, selain kelaparan, rambut,wajah sampai pakaian2nya serba lusuh tidak terurus. Dari rumah kerumah ia mampir, mengharapkan seseorang menerimanya dan memberinya makanan.Namun, satu demi satu, penduduk setempat berkata bahwa mereka sendiri juga amat kelaparan dan tidak bisa menolongnya.

Baru setelah ia tiba dirumah terakhir dusun itu,penghuninya, seorang ibu tua, keluar dan memberitahunya bahwa apa yang tersisa padanya cuma tinggal air saja, namun dengan senang hati ia dipersilahkan untuk berbagi.

Si Kabayan bilang, airnya lebih dari cukup. Lanjutnya, ia bilang ia punya sebuah batu ajaib yang bisa membuat cukup banyak sop untuk memberi makan seluruh dusun itu. Wanita tua yang sedang kelaparan itu begitu gembira, penuh suka cita dan semangat, melompatlah ia berlari memberitahu para tetangganya.

Kabayan pun mengisi sebuah panci besar dengan air dan melemparkan sebuah batu bundar mengkilat kedalamnya. Orang2 dusun itu membawakan kayu bakar dan beramai mengelilingi panci itu untuk melihat mujijat Sop Batu.

Sop Batu itu mendidih dan orang2 dusun yang lapar saling menunggu. Lalu Kabayan menyicipi sop itu dan berkata keras2,
" Wuihhh, enaknya sop ini, akus uka sekali. Tapi tentu saja, Sop Batu dengan sedikit kubis mustahil dikalahkan rasanya."

Langsung ada seseorang mendekat, agak ragu2, membawa sebuah kobis yang baru ia ambil dari simpanannya. Diberikan pada si Kabayan dan ditambahkan kedalam panci.

"Bagus, wah..bagus..., dulu aku pernah buat Sop Batu dengan kobis dan sedikit bawang putih dan bawang merah ,dan rasanya begitu sedap, sampai2 cocok dan layak jadi makanan bagi
seorang raja."

Sebentar lagi datang seseorang membawakan beberapa bawang merah dan bawang putih untuk sop itu. Demikianlah, terus ber-tambah2,

"Ahh,seandainya kita punya sedikit kentang...Coba,andai kata ada sedikit wortel dan buncis" ,,,, dst nya.

Akhirnya jadi juga sop yang enak sekali bagi semuaorang yang ada di dusun itu.

Penduduk dusun itu menawarkan sejumlah besar uang untuk membeli batu ajaib itu, tetapi si Kabayan menolak menjualnya, dan keesokan harinya melanjutkan perjalanannya.

Boleh jadi ia kembali memasak Sop Batunya didusun selanjutnya. Tak lama kemudian petaka kelaparan itu berhenti, tetapi orang2 dusun itu tidakpernah melupakan sop paling enak dan sedap yang telah pernah mereka makan itu. Dan sekarang mereka telah bisa membuatnya sendiri dengan semangat kebersamaan.

Kalau kita masing2 menyumbang sedikit, kita bisa memberi makan pada seluruh dusun dunia ini.

Senin, 09 Juni 2008

Anda " Orang Yang Terhormat "


Ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang raja yang terkenal sangat bijaksana. Raja itu sering berkeliling negeri untuk melihat-lihat kehidupan rakyatnya.

Pada suatu ketika Sang Raja dengan diiringi para pengawalnya sedang berjalan-jalan masuk-keluar kampung, dilihatnya ada seorang anak pengemis yang sedang mengais-ngais sampah di tempat sampah untuk mendapatkan sisa-sisa makanan. Tergerak oleh belas kasihan, raja itu memerintahkan kepada pengawalnya untuk membawa anak itu keistana.

Raja berkenan mengangkat anak itu menjadi anaknya.

Malam itu ketika Sang Raja dan Permaisurinya santap malam. Anak angkat barunya, yang sudah dimandikan dan diberi pakaian baru, diajak bersama santap malam. Terbiasa dengan kehidupan lamanya, anak itu makan dengan tergesa-gesa, comot sana, comot sini dengan tidak tahu aturan.

Namun Sang Raja dan Permaisuri dengan sabar mengajarkan kepada anak itu tata cara makan yang baik.

"Nak, engkau di sini tidak perlu takut tidak mendapat bagian, tidak perlu tergesa-gesa, semuanya tersedia dengan cukup. Begini cara memegang sendok dan garpu. Begini cara mengambil nasi. Begini cara mengambil lauk. Semuanya ada aturannya. Jangan sembarangan mengambil dengan sendokmu".

Pada suatu hari, Sang Raja mengadakan perjalanan dengan keretanya dan anak itu yang juga sudah dikhitan diajak serta. Di kiri-kanan jalan rakyat menyambut mereka dengan penuh antusias. Sang Raja menyambut dengan gembira lambaian tangan rakyatnya.

Namun Sang Raja keheranan memperhatikan anak angkatnya. Dia tidak mempedulikan orang-orang yang menyambutnya. Malahan setiap melewati tempat pembuangan sampah, anak itu ingin turun dari keretanya.

Sang Raja selalu melarang anak itu turun dari kereta, setiap mereka melewati tempat sampah.

"Nak engkau sekarang " orang terhormat " yang beradab dan terdidik baik , tidak perlu engkau mencari makan ditempat sampah lagi. Lupakan masa lalumu. Hiduplah seperti " orang terhormat " ".

Renungan :
Kehidupan kita, kadang seperti anak raja itu. Kita yang melalui pemberian nama dari orang tua dan dilakukan " aqiqah " yang secara resmi sudah menjadi muslim , namun masih cenderung untuk kembali ke kehidupan lama kita "mengais-ngais sampah".

Datang kepada dukun, tukang ramal, orang "pintar" dsb, untuk minta "ilmu",zimat dsb. Lupakah anda, bahwa anda itu " orang terhormat " ?

Sabtu, 07 Juni 2008

Raden Haji KABAYAN



Rd. H. Kusmayatna Kusumadinata Asal Muasal Nama Ibing

SIAPA tidak mengenal Kang Ibing? Salah satu ikon Jawa Barat yang memiliki nama lengkap Rd. H. Kusmayatna Kusumadinata ini lama malang melintang di berbagai bidang mulai yang seuri lewat lawakannya hingga seurieus melalui kegiatannya berdakwah menyebarkan amar makruf nahi mungkar.

Tapi tahukah Anda dari mana nama Ibing muncul?

"Banyak yang salah kaprah dengan nama saya. Sering orang menulis Ibing Kusmayatna.Padahal, kalau mau mencantumkan nama Ibing yang cukup Mang atau KangIbing. Kalau mau Kusmayatna ya jangan disatukan dengan nama Ibing.Kusmayatna itu pemberian orang tua dan Ibing itu nama landihan," ujarnya serius ketika berkunjung ke Kantor Redaksi "PR", Jumat (6/6).

Bahkan saking seriusnya dengan masalah nama ini, Kang Ibing mengaku suka kesal kalau ada undangan untuk dirinya namun tertulis Ibing Kusmayatna.

"Eta teh salah, salah gede. Matak naon tatanya heulangarah bener termasuk wartawan oge," ujarnya.

Mengenai asal muasal nama Ibing ternyata muncul sekitar tahun 1975.

"Ketika itu saya akan membintangi film Kabayan. Karena kalau dicantumkan nama Kusmayatna dinilai terlalu panjang, akhirnya dicari nama singkat yang mudah diingat," ujarnya.

Melalui pencarian, akhirnya muncul nama Ibing.

"Nama ini merupakan perpaduan nama idola saya saat itu yakni Bing Slamet. Namun sebagai orang sunda tentu namanya pun harus nyunda. Maka lahirlah nama Ibing.Namun ini tidak ada sangkut paut dengan ngibing (menari).

Hal serius lain yang saat ini menjadi perhatian Kang Ibing adalah Pilkada Kota Bandung.
"lamun hayang bener serahkeun ka ahlina, "ujarnya. (Dedy Suhaeri/"PR" )

Source :Milist Urang Sunda dan Kisunda

SELAMATKAN " KEHANYUTAN " PERTENGKARAN ANDA


Untuk saudaraku AKKBB dan FPI . . . . . .
selamatkan " kehanyutan pertengkaran " anda . . .

Rasanya tak mungkin anda bertengkar dan melakukan kekerasan seorang diri.

Selalu dibutuhkan setidaknya dua orang untuk memulai sebuah perselisihan kecil.

Dan, itu sudah cukup untuk memicu pertengkaran dan kekerasan besar-besaran pada seluruh negeri. Itu berarti,pertengkaran bukan hanya persoalan perbedaan pendapat atau tarik-menarik keinginan.

Pertengkaran dan kekerasan adalah soal pilihan anda. Pilihan untuk memulai lalu membiarkannya membesar dan membakar semua yang ada, atau menutup pintu sebelum sempat dimasuki oleh salah seorang dari anda.

Karena, pertengkaran mustahil terjadi bila anda benar-benar tak berkehendak untuk menceburkan diri kedalamnya.

Meski anda jatuh dalam sungai deras, itu tak berarti anda harus hanyut atau tenggelam tanpa daya. Anda bisa berenang-renang meninggalkan pusaran air,dan naik ke daratan.

Hanya di saat berada di tepianlah anda bisa menolong rekan anda yang berseteru untuk lolos dari kehanyutan. Ulurkan tali penyelamat berupa curahan maaf dan pengertian diri tanpa pamrih.

Dua orang yang bertengkar dan melakukan kekerasan takkan bisa menolong satu sama lain.
lihat artikel lain di :

SANG BADUT


Seorang pria mengunjungi seorang psikolog.
Ia berkata pada psikolog,

"Dokter, saya merasa sangat tertekan. Tak peduli apa pun yang saya lakukan,saya tetap merasa tertekan. Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan."

Psikolog itu tersenyum padanya, dan berkata, "Mari ikut aku ke jendela itu."

Pria itu mengikuti sang psikolog.
Kemudian, psikolog itu menunjuk ke arah luar jendela dan berkata,

"Apakah kau bisa melihat tenda besar jauh di luar sana?

Itu adalah tenda rombongan sirkus yang sedang mengadakan pertunjukkan di kota ini. Pertunjukkan mereka benar-benar bagus. Mereka mempunyai seorang badut yang sangat-sangat lucu. Ia tentu bisa membuat kau tertawa terbahak-bahak sampai habis tawamu. Cobalah pergi ke sana dan tontonlah pertunjukkan sang badut itu. Saya jamin kau takkan punya alasan untuk merasa tertekan lagi!"

Pria itu membalikkan badannya menghadap si psikolog. Dengan pandangan mata yang sedih ia berkata,

"Dokter, akulah sang badut itu!"

Renungan...! Tak jarang mereka yang pandai memberikan nasehat justru memerlukan nasehat yang lebih baik.

PAKAIAN KEBESARAN DAN TIDUR NYENYAK ANDA


Jika anda adalah seorang pejabat tinggi, wajarlah jika anda mengenakan busana kebesaran, yang mungkin terbuat dari bahan terbaik, terjahit rapi tanpa kerutan, dan bertaburkan bintang-bintang tanda jasa.

Anda tak perlu merasa bersalah dengan kehormatan-kehormatan semacam itu.

Toh orang-orang disekitar anda pun takkan segan-segan menyediakannya untuk anda.

Bukankah,seseorang yang terhormat layak mendapat perlakuan yang terhormat pula.

Yang perlu anda sadari sebenarnya sederhana saja.
Ketika anda berangkat tidur, mau tak mau anda harus melepaskan semua itu.

Tidur anda takkan bisa nyenyak dalam kungkungan pakaian kebesaran yang kaku, berat dan berlapis-lapis.

Ini sama halnya dengan, anda takkan bisa menemukan ketenangan batin selama anda masih menggenggam pikiran-pikiran mengenai kedudukan anda.

Pada saatnya, anda harus melepaskan dan membiarkan anda menemukan diri anda sendiri yang paling bersahaja.

Jumat, 06 Juni 2008

Badut Pembawa Berita


Suatu ketika di hutan pinggiran suatu dusun, sebuah rombongan sirkus menggelar tendanya dan mempersiapkan pertunjukan.

Suatu hari, tepat sebelum suatu pertunjukan dimulai, entah bagaimana terjadi kebakaran di semak2 di pinggir perkemahan sirkus tersebut. Angin bertiup dengan kencang ke arah dusun. Angin yang kencang juga membesarkan kobaran api dengan cepat.Kata pemilik sirkus, harus ada seseorang yang memperingati masyarakat dusun tersebut tentang kebakaran hutan ini.

Kalau api mencapai dusun, maka akan jatuh korban harta benda yang besar.

Seorang badut, masih lengkap dengan pakaian dan make-up badutnya ( karena bersiap untuk pertunjukan ) segera berlari menyambar sepeda hias yang seharusnya dipakai dalam pertunjukan.

Tanpa membuang waktu, badut tersebut mengayuh sepedanya secepat mungkin menuju dusun tersebut.Beruntung dusun tersebut terletak di dataran yang lebih rendah, sehingga si badut dapat mencapai dusun tersebut sebelum api yang berkobar mencapai dusun.

Si badut berteriak2 dengan lantang sambil bersepeda berkeliling alun-alun, 'kebakaran hutan!!! Cepat selamatkan diri dan keluarga kalian!!!'

Namun masyarakat dusun yang melihat dan mendengar teriakan si badut tersebut malah berkerumun dan menertawakan si badut yang berpakaian dan beraut wajah lucu. Mereka menonton badut tersebut sambil bertepuk tangan.

Akhirnya kobaran api pun mencapai dusun tersebut, dan menyebabkan kebakaran besar. Teriakan histeris dan panik mewarnai usaha masyarakat dusun untuk melarikan diri. Korban jiwa dan harta benda tak dapat dielakkan.

Si badut mengayuh kembali sepedanya ke perkemahan sirkus dengan sedih karena peringatannya tidak didengarkan.

Renungan :

Seringkali kita menganggap 'pembawa berita' lebih penting daripada isi dari berita yang dibawa itu sendiri. Artinya dalam mendengarkan saran, nasihat, atau kritikan, kita kerap menilai si 'pembawa berita', bukan isi dari berita tersebut.

Contoh: Seorang yang sombong apabila ditegur oleh temannya akan menyebabkan pertengkaran. Lain cerita apabia ia ditegur oleh gurunya atau orang yang dihormatinya, walaupun isi tegurannya kira2 sama.Mengapa harus demikian?

Bukankah 1kg emas yang dibawa orang kaya dan 1kg emas yang dibawa pengemis sama berharganya (sama-sama emas)?

Tidak bisakah kita menerima saran, nasihat, atau kritikan yang bagus tanpa memandang siapa yang menyampaikannya pada kita?

Seberapa sering kita melewatkan kesempatan akibat mengabaikan berita penting yang dibawa oleh orang yang 'kurang penting'?

CEULEUKEUTEUK


TAMBA NUNDUTAN

Mang Ibro tukang gula beureum keur nundutan lantaran ti isuk kénéh
euweuh nu nawar-nawar acan, komo nu meuli.
"Mang sabaraha gula téh sabonjorna ?"
"Sarébu Dén !", ngarénjag kagareuwahkeun, tapi rada atoh.
"Ah, mahal teuing mang !"
"Atuh sawios limaratus ogé Dén, étang-étang panglaris ! Badé sabaraha bonjor?"
"Ih.... da lain rék meuli. Éta baé karunya, nanya sotéh tamba emang nundutan baé!"

REUNI

Hiji mangsa Ibu Enung ngondang babaturanana nu geus heubeul tara papanggih,
reuni lah meureun ti ditu na mah.

Reuni na di sport hall Kelapa Gading
nu sisi kolam renang téa, sigana mah embung éléh ku para Manager KTB ( Krama Yudha Tiga Berlian ).
Kabéh geus ngumpul, teu kungsi lila jol ibu Fitha nu elat lantaran mobilna mogok.
Kacaritakeun breng wéh ngadarongéng pangalaman saurang-saurang.

Ibu Enung: " Sok dimimitian ku Ibu Fitha. Ibu Fitha téh tos ti Jerman sanés ?,
ari basa Jerman na mobil mogok naon ? "
Ibu Fitha
: " Haben nagen "
Ibu Enung
: " Oh éta mah sarua wé jeung mugen power !. Ari Ibu Iin nu ti India,
basa India na jelema korét naon ? "
Ibu Iin
: " Mérégé hésé "
Ibu Enung
: " Euleuh siga sinétron Bolly Wood nya. Ibu Lia nu ti China,
lamun nyuguhan tamu basa China na naon ? "
Ibu Lia
: " Nyi cian téh "
Ibu Enung
: " Oh siga dina film kung fu, gening aya adegan maling nu ditangkep
ku pulisi, ceuk si pulisi téh cenah ...shiang shiang ma ling shéng,
awas tang lie chien wo ! "
Ibu Mia
: " Héy pa Hasman tong molotot baé ka kolam renang ! Pa Hasnam nu
ngumbara di Arab, naon basa Arabna mojang hanjat ti kolam renang ? "
Pa Hasman
: " Oh.... naon nya, oh... wa'as ku munuu na "
Heuheuy deuh, aya ku hébat pangalaman ngumbara téh nya !

Abah Téa.
Kang Deddy Setiawan
PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motor - Jkt

Kamis, 05 Juni 2008

DARI HATI YANG SEKEPALAN ITU


Kekerasan dan kebencian itu sebenarnya tak berada dimana-mana.
Tidak di Monas , tidak di Kampus Unas , tidak di Jalur Gaza , tidak juga di Bagdad.

Ia hanya menyelimuti hati yang sekepalan itu saja.
Tetapi, dari yang sekepalan itu, kekerasan dan kebencian bisa meluluh lantakkan seisi kota bahkan negara , meratakan sepenjuru benua , bahkan mengubah wajah dunia jadi ladang ketakutan tak terperi.

Padahal ia hanya bermula dari hati yang cuma sekepalan.
Padahal ia tak lebih dari yang segenggaman tangan.
Ia hanya bersemayam di hati.
Ia hanya menggelapi hati ini.

Seandainya kita tahu dimana hati itu berada.
Sehingga bisa kita ambil dan bersihkan sebagaimana kita raupi muka dengan air segar agar tampak berseri-seri , sebagaimana kita gosok dan licinkan pakaian agar tampak indah di pandangan.

Sayang kita hanya bisa tunjuk hati ada di dalam dada , karena rasa sesak , geram dan amarah itu ada di sana.

Seandainya bisa kita jaga hati yang sekepalan ini dari bayangan gelap itu, mungkin akan kita wariskan alam raya nan damai bagi saksi-saksi kehidupan ini .

Posted by DJODI