Kang Ganahadi, 14 Tahun Malang-melintang Jadi Pilot VVIP di Timur Tengah
Ganahadi Ratnuatmadja menjadi salah satu pilot Indonesia yang punya pengalaman langka. Selama 14 tahun berkarir di Timur Tengah, dia sudah empat kali pindah menjadi pilot pesawat kepresidenan di empat negara berbeda. Tapi, yang paling berkesan baginya adalah jadi pilot kesayangan Pemimpin Libya Muammar Khadafi.
NEGARA Arab penghasil minyak sudah lama menjadi incaran para pilot profesional. Selain tergiur oleh gemerincing petrodolar, di kawasan itu tumbuh beberapa maskapai penerbangan kelas dunia. Dorongan itu pulalah yang membuat Ganahadi, mantan pilot Garuda Indonesia, memutuskan hijrah ke negara di kawasan Teluk sejak 14 tahun lalu.
Menurut Ganahadi, dari aspek teknis, kualitas penerbang Indonesia sebenarnya mampu menyaingi pilot Eropa dan Amerika. Satu-satunya kekurangan adalah permasalahan bahasa (language barrier). "Ini lebih disebabkan penerbang kita (asal Indonesia) kurang berkomunikasi di luar negeri," kata penerbang yang pernah sekolah di Sotramat Flying School, Belgia, 1973-1974 itu.
Padahal, jika sukses menembus maskapai di sana, mereka dijanjikan berbagai fasilitas dan gaji yang relatif lebih tinggi dibanding maskapai di tanah air. "Mereka juga bisa menikmati pengalaman bekerja pada maskapai kelas dunia yang terus berkembang," katanya.
Ganahadi mengakui, pengembangan karir sebagai penerbang di Timur Tengah amat terbuka. Pilot berkualitas dapat bersaing untuk menerbangkan pesawat VIP atau bahkan VVIP semacam pesawat pribadi atau kepresidenan.
Pria berdarah Sunda itu mengawali karir luar negerinya sebagai kapten pilot pesawat Airbus 300 milik Kerajaan Kuwait. Hanya empat tahun di sana, Ganahadi hijrah ke pesawat Kerajaan Uni Emirat Arab (UEA) pada 1997-2003. Dengan reputasi yang baik selama enam tahun UEA, dia lalu berdinas di pesawat Kerajaan Qatar (2003-2004).
"Saya bekerja di sini (Timur Tengah) setelah melewati persyaratan dan seleksi yang amat ketat dan high grade," kata Ganahadi melalui surat elektronik kepada Jawa Pos kemarin. Gahanadi saat ini berdomisili di Abu Dhabi, UEA.
Ganahadi mengklaim menjadi satu-satunya pilot asal Indonesia Bahkan satu - satunya urang Sunda yang menerbangkan pesawat VVIP, khususnya pesawat kerajaan dan kepresidenan. Mayoritas koleganya lebih banyak mengabdikan diri pada maskapai penerbangan komersial.
Saat ini, lanjut dia, ada tujuh pilot WNI yang bekerja di Saudi Arabian Airlines (SAA), antara empat hingga enam di Qatar Airways, serta seorang lagi menerbangkan pesawat milik Emirates.
Menjadi pilot yang bisa menembus seleksi menjadi penerbang kerajaan atau kepresidenan (VVIP) memang tidak gampang. Proses seleksi melewati assessment selama seminggu. Selanjutnya, tes kemampuan simulator dan penerbangan sekitar dua pekan. "Saya nggak tahu dari mana mereka melihat kualitas saya. Pokoknya, saya kerjakan semuanya sebaik mungkin," jelas pilot yang mengawali karir sebagai kopilot Fokker 27 dan Fokker 28 pada 1974-1975 itu.
Dari pengalaman sekitar 14 tahun di Timur Tengah itu, Ganahadi menyatakan bahwa pengalaman menjadi pilot kepresidenan pesawat Muammar Khadafi (pemimpin Libya) adalah yang paling berkesan. Tugas itu dijalani Ganahadi sejak 2004 dan baru berakhir beberapa waktu lalu.
Ganahadi merasa sangat terhormat karena tidak pernah membayangkan bisa menerbangkan orang nomor satu di Lybia. Bahkan, hingga kini pun dia belum tahu mengapa dipercaya menjadi penerbang pemimpin karismatis di dunia Arab itu.
"Sebab, selama ini belum pernah terjadi pilot kepresidenan (Libya) dari orang asing," ujar pria kelahiran 1954 itu.
Di mata Ganahadi, Khadafi adalah sosok yang amat sulit memercayai orang asing untuk menerbangkan pesawatnya. Dia masuk Libya pada saat yang bersejarah. Sebab, awal dia bekerja pada 2004, Khadafi menjadi buah bibir dunia internasional setelah sikap lunaknya berhasil mencairkan hubungan diplomatik Tripoli-Washington (AS).
Selama menerbangkan Khadafi, Ganahadi merasakan dia bukan sosok yang keras dan kaku. "Dia (Khadafi, red) adalah pribadi yang penuh kehangatan persahabatan, " katanya.
Ganahadi juga merasakan longgarnya aturan protokoler semasa berinteraksi dengan Khadafi. Mayoritas pengawal pribadi Khadafi sampai memaklumi kedekatan bosnya dengan sang pilot. "Hampir setiap penerbangan, dia mendatangi saya di ruang kokpit. Beliau kadang datang diam-diam tanpa pengawalan," katanya.
Selain itu, Khadafi acapkali mengajak bercanda Granahadi begitu merasa nyaman dalam penerbangan. Khadafi sesekali juga menanyakan kesibukan sehari-hari Ganahadi jika kebetulan tidak mengangkasa.
"Beliau suka ngobrol dengan awak pesawat dan pejabat tinggi bahwa saya sudah menjadi orang Lybia. Beliau juga pernah meminta saya pindah kewarganegaraan dan menetap di Tripoli sampai pensiun," tuturnya.
Saking dekatnya, salah seorang pemegang saham klub sepak bola Juventus, Italia, itu bahkan pernah menyuguhkan secangkir kopi untuk Ganahadi. Kesan lain adalah besarnya perhatian Khadafi terhadap keadaan keluarga Granahadi di tanah air.
"Saya benar-benar tersentuh ketika beliau mengutus khusus Dubes Libya (di Indonesia) untuk mewakilinya saat menghadiri resepsi pernikahan putri saya di Bandung," tutur Ganahadi.
Dengan segudang pengalaman menerbangkan pesawat kenegaraan milik Kuwait, UEA, Qatar, dan Libya, itu, Ganahadi menjadi mengenal banyak pejabat di Timur Tengah. Kunci untuk menjaga jaringannya itu sederhana saja. "Saya selalu menjaga image profesional saya sebagai penerbang," katanya.
Dengan menjaga citra itu, Ganahadi bisa bebas memilih bekerja di pesawat kepresidenan atau kerajaan mana pun. Saat meninggalkan pekerjaan sebagai pilot pesawat Kerajaan UEA pada 2003, Ganahadi pernah berjanji kepada presiden UEA, kala itu Sheikh Zayed (almarhum), dan putra mahkota, Sheikh Muhammed, bahwa suatu waktu dia akan kembali menjadi pilotnya.
"Saat itu, saya minta dua atau tiga tahun lagi kalau diizinkan dapat bekerja lagi di Abu Dhabi. Ini jika saya telah bosan bekerja di Libya," jelas Ganahadi.
Ganahadi pun menepati janjinya. Setelah berpamitan baik-baik dengan pemimpin Libya Muammar Khadafi, Ganahadi diizinkan kembali bekerja di pesawat kerajaan UEA hingga sekarang.
Saat meminta izin kepada Khadafi, Ganahadi juga membuat pernyataan serupa bahwa suatu ketika dirinya akan balik lagi bekerja di Tripoli jika Khadafi berkenan mempekerjakan. Perpisahan dengan Khadafi pun dipenuhi perasaan haru.
"Saat ini saya belum tahu rencana selanjutnya, apakah akan tinggal dan bekerja di Abu Dhabi atau menunggu panggilan lagi. Saya hanya menyerahkan nasib kepada Allah," ujar Ganahadi.
Selama belasan tahun bekerja di Timur Tengah, Ganahadi mengaku jarang bertemu dengan keluarga. Seluruh orang terdekatnya tinggal di tanah kelahirannya, Cimahi, Jawa Barat. Dia bersyukur keluarganya mendukung profesinya sebagai penerbang VVIP. "Saya pun tak punya beban selama bekerja," ujarnya.
Setiap masa cuti tiba, Ganahadi memanfaatkan sebaik-baiknya untuk mudik, melepas kangen berada di tengah-tengah keluarga. Jika sedang bertugas, dia menyempatkan berkomunikasi melalui telepon atau internet. "Kalau liburan tiba, kami sesekali mengajak mereka berjalan-jalan ke sejumlah negara di sini," tuturnya.
Bahkan, semasa menetap di Libya, seluruh keluarga dekat merasakan betapa nyamannya hidup di negara gurun tersebut. Ganahadi menargetkan karirnya bakal berakhir sebelum batas masa pensiun di UEA pada usia 65 tahun. "Sebelum umur tersebut, saya barangkali akan berhenti dan kembali ke tanah air," kata Ganahadi
Paguyuban Wargi Sunda - Medan
www.pwsmedan.blogspot.com
1 komentar:
Luar Biasa,
Bangsa Indonesia pada asalnya adalah bangsa yang dapatdiperecaya melaksanakan tugas yang sangat berat dan rumit dan beresiko tinggi,
Luar Biasa, Pak Gunahadi kembali menunjukannya pada dunia Internasional keharuman nama Indonesia.
Kalau saya presiden, anda sudah saya pasti mendapat amanah sebagaduta besar berkuasa penuh untuk negara-mnegara penghasil minyak di timur tengah, pasti hubunga dengan Indonesia akanmenjadi luar biasa baik.
Bravo Pak Guna Hadi, Bravo Pilot Indonesia, Bravo Indonesia.
Posting Komentar