
"Try not to become a man of success, but rather a man of value."~ Albert Einstein ~
Wilujeng Sumping. . . . . . . . . PWS adalah forum komunikasi dan ajang silaturahmi warga Tatar Sunda ti Medan , Sumatra Utara. Sekaligus dapat kita manfaatkan sebagai sarana komunikasi mengenai seni, budaya, bahasa dan segala sesuatu menyangkut kegiatan paguyuban wargi Sunda se-Medan. Melalui pemanfaatan web ini , kita harapkan bersama akan dapat turut serta menciptakan masyarakat Sunda se Sumatra Utara yang luhung elmu, gemah ripah, repeh, rapih agamis dan nyunda.
Muhammad Toha adalah pahlawan dalam peristiwa Bandung Lautan Api tanggal 24 Maret 1946 di Bandung, Indonesia. Pada saat itu, Muhamad Toha melepaskan bom bunuh diri untuk menghancurkan gudang persenjataan Jepang.
Mohamad Toha dilahirkan di Jalan Banceuy, Desa Suniaraja, Kota Bandung pada 1927। Ayahnya bernama Suganda dan Ibunya yang berasal dari Kedunghalang, Bogor, bernama Nariah। Toha menjadi anak yatim ketika pada tahun 1929 ayahnya meninggal dunia। Ibu Nariah kemudian menikah kembali dengan Sugandi, adik ayah Toha. Namun tidak lama kemudian, keduanya bercerai dan Mohamad Toha diambil oleh kakek dan neneknya dari pihak ayah yaitu Bapak Jahiri dan Ibu Oneng. Mohamad Toha mulai masuk Sekolah Rakyat pada usia 7 tahun hingga kelas 4. Sekolahnya terhenti ketika Perang Dunia II pecah.
Pada zaman Jepang, Toha mulai mengenal dunia militer dengan memasuki Seinendan। Sehari-hari Toha juga membantu kakeknya di Biro Sunda, kemudian bekerja di bengkel motor di Cikudapateuh। Selanjutnya, Toha belajar menjadi montir mobil dan bekerja di bengkel kendaraan militer Jepang sehingga ia mampu berbahasa Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, Toha terpanggil untuk bergabung dengan badan perjuangan Barisan Rakyat Indonesia (BRI), yang dipimpin oleh Ben Alamsyah, paman Toha sendiri। BRI selanjutnya digabungkan dengan Barisan Pelopor yang dipimpin oleh Anwar Sutan Pamuncak menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI)। Dalam lasykar ini ia duduk sebagai Komandan Seksi I Bagian Penggempur. Menurut keterangan Ben Alamsyah, paman Mohamad Toha, dan Rachmat Sulaeman, tetangga Mohamad Toha dan juga Komandannya di BBRI, pemuda Toha adalah seorang pemuda yang cerdas, patuh kepada orang tua, memiliki disiplin yang kuat serta disukai oleh teman-temannya. Pada tahun 1945 itu, Mohamad Toha digambarkan sebagai pemuda pemberani dengan tinggi 1,65 m, bermuka lonjong dengan pancaran mata yang tajam.
Pada tgl।21 november 1945, tentara sekutu mengeluarkan ultimatum pertam agar kota bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak indonesia selambat-lambatnya, tgl. 29 november 1945. para pejuang kita harus menyerahkan senjata yang mereka rampas dari tentara jepang. alasannya untuk menjaga keamanan. apabila tidak diindahkan, tentara sekutu akan menyerang habis-habisan.
Peringatan ini tidak dihiraukan oleh para pejuang indonesia. sejak saat itu sering terjadi bentrokan senjata dengan tentara sekutu. kota bandung terbagi menjadi dua, bandung utara dan bandung selatan.oleh karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para pejuang lainnya tidak dapat mempertahankan bandung utara. akhirnya bandung utara dikuasai oleh tentara sekutu.
Pada tanggal 23 maret 1946 tentara sekutu kembali mengeluarkan ultimatum ke 2। mereka menuntut agar semua masyarakat dan pejuang TKR mengosongkan kota bandung bagian selatan. Perlu diketahui bahwa sejak 24 januari 1946, TKR telah merubah namanya menjadi TRI.
Demi mempertimbangkan politik dan keselamatan rakyat, pemerintah memerintahkan TRI dan para pejuang lainnya untuk mundur dan mengosongkan bandung selatan। setelah mengadakan musyawarah, para pejuang sepakat untuk menuruti perintah pemerintah. tapi, mereka tidak mau menyerahkan kota bandung bagian selatan itu secara utuh.
Rakyat pun diungsikan ke luar kota bandung . para anggota TRI dengan berat hati meninggalkan Bandung bagian selatan. sebelum ditinggalkan bandung selatan dibumihanguskan oleh para pejuang dan aggota TRI.peristiwa ini di kenal dengan sebutanbandung lautan api. dalam peristiwa inilah pahlawan Mohammad toha gugur,karena terjadi peristiwa bandung Lautan Api,untuk mengenang peristiwa itu diciptakan lagu nasional halo-Halo bandung.
Liriknya:
Halo-halo bandung
Ibu kota periangan
Halo-halo bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama, beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
BUBUR MERAH PUTIH
Beberapa waktu yang lalu saya secara tidak sengaja mendengar obrolan segerombolan manusia di lift. Inti nya, caci maki dan sumpah serapah kepada Ibu Pertiwi Indonesia. Dari pakaian nya, cara ngomongnya yang ¼ Inggris dan ¾ Bahasa Indonesia, kesimpulan saya mereka cukup terpelajar, mungkin pernah sekolah atau tinggal diluar negeri, atau paling tidak sering ke luar negeri. Karena dikit2 ada ucapan, “gak kaya disono ..” Saya pengen ngomong banyak sama mereka, tapi keburu keluar lift. Ini yang ingin saya ungkapkan:
Saya sendiri gak sering2 amat keluar negeri, dan asli orang kampung di Gunung Jawa , daerah Kuningan. Waktu lahir dan dikasih nama, orang tua saya membuat bubur merah-putih. Saya juga ingat, dulu Ayah saya mengikatkan kain merah-putih di palang kayu penyangga atap rumah. Entah apa maksudnya, tapi ini barangkali yang membuat saya memiliki pandangan yang sungguh berbeda.
Indonesia sebagai negara memang sedang menghadapi banyak masalah. Tapi bukankah kita harusnya menjadi bagian dari solusi masalah yang sedang kita hadapi, dan bukan sekedar berkoar2 mencaci माकी. Kalau merasa republik ini korup, mulailah dari diri kita untuk tidak korup, dan jangan segan menolak korupsi. Kalau merasa disini banyak pengangguran, ya bantulah ciptakan lapangan kerja, bukan mengemis kerjaan. Kalau merasa disini lalu-lintas semrawut, ya ayo mulai tertib dari diri kita sendiri. Kalau menurut kita pemerintahan dan lembaga perwakilan nya masih “geblek” ya pilihlah orang2 terbaik dalam pemilu. Atau, Anda sendiri merasa cukup hebat, ya majulah jadi politikus.
Saya masih memiliki mimpi bahwa suatu saat kita akan keluar dari kesulitan dan menang. Ini bangsa besar dan hebat. Setiap mendengar orang mencaci-maki republik ini, saya teringat leluhur saya yang banyak menderita dijaman clash ke II dengan Belanda. Namun penderitaan mereka, dan jutaan lagi relawan yang telah berkorban nyawa dan harta demi berdiri nya negara republik Indonesia ini, seolah tidak ada artinya bagi para pecundang yang cuma bisa ternganga2 pencapaian orang lain dan lantas menghina bangsa sendiri. Anda bisa tebak jaman leluhur2 kita berjuang untuk merdeka dulu orang2 model begini pada kemana. Barangkali sekarangpun kalo kita dijajah lagi, pasti mereka akan duluan menyeberang jadi orang2nya penjajah. Lha wong enak, jadi budak nya negara maju yg dikagumi. Itulah mental inlander, kalo dengan orang asing dan yang serba asing, akan „munduk-munduk“ , kalo sama orang sendiri akan merendahkan.
Saya tidak anti-barat, timur, negara besar atau apapun. Saya bekerja sama juga dengan banyak perusahaan dari US, UK, Australia, dan semuanya baik2 saja। Saya paham sepenuhnya kita hidup dalam komunitas global। Tentu saja saya juga senang mengkonsumsi makanan, pakaian, buku, karya seni, musik dsb karya dari negara lain.
Saya juga kagum dengan kemajuan2 yang lebih dahulu dicapai negara lain. Namun kekaguman2 tadi tidak membuat saya merasa perlu untuk merendahkan diri sendiri. Saya juga tidak dalam posisi pro-pemerintah. Sejak jaman mahasiswa dulu hingga kini, saya juga senang dengan satire, kritikan, atau bahkan ledekan atas kerja pemerintahan negara kita yang memang sering tidak bagus. Tapi tidak dengan semangat merendahkan orang lain ataupun diri sendiri.
Saya juga sepakat banyak sekali yang harus dibenahi. Tapi kalau Anda cinta, Anda akan berusaha membenahi, bukan mencaci. Kalau cat rumah atau rumput di halaman Anda kalah dengan rumah tetangga, ya mari kita cat dan tanam rumput baru, bukan kagum2 melulu sama rumah orang lain. Atau Anda pikir pemerintah ataupun undang2 kita perlu दिगंती. Ganti lah melalu koridor demokrasi yang sudah kita sepakati.
Tapi kalau ternyata Anda bener2 sudah gak suka dengan negara sendiri, ya gak usah dipaksain. Saran saya juga jangan juga main cela. Nanti Anda yang makan hati. Kalau mau, ya sana “resign” saja sebagai warga negara Indonesia. Silakan apply jadi WN di tempat yang Anda kagumi, dan good luck. Siapa tau Anda jadi orang hebat disana. Banyak kok, teman saya yang tujuan hidupnya adalah memiliki status permanent resident di negeri orang. Atau kalau mau jalur cepat, minta dikawinin aja sama orang asing dan dibawa kesana. Itu satu pilihan hidup yang saya hormati juga. Setelah itu Anda akan tenang dan bebas merdeka tidak perlu memikirkan masalah2 Republik Indonesia lagi. Bagaimana kalau banyak yang mau pindah? Ya tidak apa2. Gak usah dihalangi, itu hak mereka. Anggaplah seleksi alam.
Kalau saya? Saya lebih suka disini. Dan bersama orang2 yang tersisa dan masih satu mimpi, kelak akan menjadikan negara ini besar dan hebat. Kalau saya belum bisa juga, akan saya wariskan semangat ini ke anak2 saya. Siapa tahu Anda kelak terkagum2 dengan negara kami (di)
lihat artikel di : www.pwsmedan.blogspot.com
Haturnuhun,
DJODI
www.djodiismanto.blogspot.com