Menu Baru Web PWS Medan

Bergabunglah dengan Paguyuban Wargi Sunda versi FaceBook , dapatkan info PWS terbaru , Jangan lupa DOWNLOAD File berbentuk Powerpoint ( pps ) dari web ini , dan semuanya tentu saja Gratis untuk anggota dan pembaca setia Web PWS - Medan , Haturnuhun
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Jumat, 13 Juni 2008

Empat Obat Mujarab


Seorang laki - laki muda .Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia sedang dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah.Ia memutuskan untuk pergi ke seorang tabib sebelum menjadi amat terlambat.

Setelah mendengarkan keluhannya, Kabayan si tabib memberikan empat bungkus obat sambil berpesan;

"Besok pagi sebelum jam sembilan pagi engkau harus menju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini."

Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Dipantai nanti anda membuka bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tercatat pada bungkusannya, yakni pada jam sembilan, jam dua belas, jam tiga dan jam lima. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh."

Orang tersebut berada di antara percaya dan ragu akan resep yang diberikan si Kabayan. Namun demikian pada hari berikutnya ia pergi juga kepantai.

Begitu tiba di pesisir pantai di pagi hari, sementara matahari pagi mulai muncul di ufuk timur dan laut biru memantulkan kembali sinarnya yang merah keemasan itu, sambil deru ombak datang silih berganti, hatinya dipenuhi kegembiraan yang amat dalam.

Tepat jam sembilan, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat didalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan:

"Dengarlah."

Aneh bin ajaib, orang tersebut patuh pada apa yang diperintahkan. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secra perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan melodi musik alam dipantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam dua belas tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis;

"Mengingat".

Ia beralih dari mendengarkan musik pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih diwajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar bathinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam tiga tepat ,ia menemukan secaraik kertas dengan tulisan:

"Menimbang dan menilai motivasi".

Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan masyarakat.

Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain.Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis:

"Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai."

Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata

"cemas".

Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya.

Bibir pantai seakan disapu bersih, kata "cemas" yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Renungan :
Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas ???
Mungkin saya, mungkin pula anda.
Pernahkah saya secara tulus mendengarkan bahasa batin saya sendiri ?

Atau pernahkah saya mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi dimasa silam namun telah membentuk siapa saya saat ini ??
Apa yang menjadi motivasi utama hidup saya hari ini dan besok ??
Dan apa kecemasan saya ??

Tidak ada komentar: