Bisa jadi kelapangan dan kemudahan yang diberikan itu adalah karena penangguhan balasan dosa yang dilakukannya di dunia. Sebaliknya, kesukaran dan kesempitan itu bisa jadi merupakan cara Allah untuk membersihkan dirinya dari dosa, sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Apabila Allah menghendaki hamba-Nya itu menjadi baik, maka Ia menyegerakan siksaannya di dunia ini, dan apabila Allah menghendaki hamba-Nya itu menjadi orang jahat, maka Ia menangguhkan dosanya sehingga akan dituntut nanti pada hari kiamat."
Sesungguhnya, Allah memberikan harta kepada semua hamba-Nya, baik kepada orang yang dicintai-Nya, atau kepada orang yang tidak dicintai-Nya, karena Allah memilki sifat Ar-Rahman. Lantas, apa yang membedakan?
Yang menjadi penentu adalah ketaatan pada dua keadaan ini : lapang dan sempit. Kalau taat berarti mulia, kalau tidak taat berarti kufur (dihinakan Allah). Kebaikan ada pada bagaimana menyikapinya.
Memang sangat menakjubkan keadaan orang mukmin itu; karena segala urusannya sangat baik baginya dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi seorang yang beriman di mana bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka yang demikian itu sangat baik baginya, dan bila ia tertimpa kesusahan ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya.
Keadaan seperti ini (syukur dan sabar), tidak akan mungkin ada kecuali pada seorang mukmin. Yang perlu kita tanamkan dalam hati adalah bahwa kekayaan dan kefakiran adalah ujian. Besarnya pahala yang diterima, tergantung dari besar atau kecilnya ujian.
Sesungguhnya, besar-kecilnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian. Dan sesungguhnya, jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah menguji mereka; barangsiapa yang ridha maka allah akan meridhainya dan barangsiapa yang murka, maka Allah akan memurkainya. (Hadits Riwayat Imam Turmudzy)
Saat Imam Ibnu Taimiyah ditanya: Manakah yang lebih baik, kaya yang bersyukur atau faqir yang sabar?
Tidak ada nash yang membedakan, dua orang ini adalah orang yang mulia. Informasi seperti ini akan membuat kita mengoreksi diri: apakah benar saat ini sedang dimuliakan Allah, atau malah sebaliknya yaitu dihinakan oleh-Nya?
Wallahu a'lam bish-showab wa a'fwu minkum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar