Telah berulang kali Kabayan mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Kabayan menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
Tapi — kita tahu — menyogok itu diharamkan. Maka Kabayan memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
Kabayan menyiapkan sebuah gentong.
Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh.
Kemudian di atasnya, Kabayan mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya.
Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim.
Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Kabayan.
Kabayan kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong berisi mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan ?”
Hakim tersenyum lebar. “Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
“Yah,” jawab Kabayan, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam.”
Dan berlalulah Kabayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar