Tak lama setelah cukup lama memerintah , Gubernur Pasundan mengundang para ulama di kawasan itu.
Setiap ulama mendapat pertanyaan yang sama:
“Jawablah: apakah aku memerintah secara adil atau lalim ?.
Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung.
Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal.”
Beberapa ulama telah jatuh menjadi korban kekejaman Gubernur ini.
Dan akhirnya, tibalah waktunya Kabayan diundang.
Ini adalah perjumpaan resmi Kabayan yang pertama dengan Sang Gubernur.
Gubernur kembali bertanya dengan angkuh :
“Jawablah: apakah aku adil ataukah lalim.
Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung.
Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal.”
Dan dengan menenangkan diri, Kabayan menjawab :
“Sesungguhnya, kamilah, para penduduk di sini, yang merupakan orang-orang lalim dan bengis.
“Sesungguhnya, kamilah, para penduduk di sini, yang merupakan orang-orang lalim dan bengis.
Sedangkan Anda adalah pedang keadilan yang diturunkan Allah yang Maha Adil kepada kami.”
Setelah berpikir sejenak, Sang Gubernur mengakui kecerdikan jawaban itu. Maka untuk sementara para ulama terbebas dari kekejaman sang Gubernur lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar