Menu Baru Web PWS Medan

Bergabunglah dengan Paguyuban Wargi Sunda versi FaceBook , dapatkan info PWS terbaru , Jangan lupa DOWNLOAD File berbentuk Powerpoint ( pps ) dari web ini , dan semuanya tentu saja Gratis untuk anggota dan pembaca setia Web PWS - Medan , Haturnuhun
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Senin, 24 Maret 2008

TAMPANG ITU PERLU


Kabayan hampir selalu miskin. Ia tidak mengeluh, tapi suatu hari istrinyalah , Nyi Iteung yang mengeluh.
“Tapi aku mengabdi kepada Allah saja,” kata Kabayan.
“Kalau begitu, mintalah upah kepada Allah,” kata Nyi Iteung.
Kabayan langsung ke pekarangan, bersujud, dan berteriak keras-keras, “Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!” berulang-ulang.

Tetangganya ingin mempermainkan Kabayan. Ia melemparkan seratus keping perak ke kepala Kabayan. Tapi ia terkejut waktu Kabayan membawa lari uang itu ke dalam rumah dengan gembira, sambil berteriak “Hai, aku ternyata memang wali Allah. Ini upahku dari Allah.”

Sang tetangga menyerbu rumah Kabayan, meminta kembali uang yang baru dilemparkannya. Kabayan menjawab “Aku memohon kepada Allah, dan uang yang jatuh itu pasti jawaban dari Allah.”

Tetangganya marah. Ia mengajak Kabayan menghadap hakim. Kabayan berkelit, “Aku tidak pantas ke pengadilan dalam keadaan begini. Aku tidak punya kuda dan pakaian bagus. Pasti hakim berprasangka buruk pada orang miskin.”

Sang tetangga meminjamkan jubah dan kuda.
Tidak lama kemudian, mereka menghadap hakim. Tetangga Kabayan segera mengadukan halnya pada hakim.

“Bagaimana pembelaanmu?” tanya hakim pada Kabayan.
“Tetangga saya ini gila, Tuan,” kata Kabayan.
“Apa buktinya?” tanya hakim.
“Tuan Hakim bisa memeriksanya langsung. Ia pikir segala yang ada di dunia ini miliknya. Coba tanyakan misalnya tentang jubah saya dan kuda saya, tentu semua diakui sebagai miliknya. Apalagi pula uang saya.”

Dengan kaget, sang tetangga berteriak, “Tetapi itu semua memang milikku!”
Bagi sang hakim, bukti-bukti sudah cukup. Perkara putus , uang tetap menjadi milik si Kabayan.

Tidak ada komentar: