Sesekali, Gubernur Pasundan ingin juga mempermalukan Kabayan .
Karena Kabayan cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran.
Maka diundangnya Kabayan ke tengah-tengah prajurit Siliwangi.
Dunia prajurit, dunia otot dan ketangkasan.
“Ayo Kabayan ,” kata Gubernur,
“Di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah kemampuanmu memanah.
Panahlah sekali saja.
Kalau panahmu dapat mengenai sasaran, hadiah besar menantimu.
Tapi kalau gagal, engkau harus merangkak jalan pulang ke rumahmu.”
Kabayan terpaksa mengambil busur dan tempat anak panah. Dengan memantapkan hati, ia membidik sasaran, dan mulai memanah.
Panah melesat jauh dari sasaran.
Segera setelah itu, Kabayan berteriak, “Demikianlah gaya Pak Bupati memanah.”
Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi.
Ia membidik dan memanah lagi.
Masih juga panah meleset dari sasaran.
Kabayan berteriak lagi, “Demikianlah gaya Pak Walikota memanah.”
Kabayan segera mencabut sebuah anak panah lagi.
Ia membidik dan memanah lagi.
Kebetulan kali ini panahnya menyentuh sasaran.
Kabayan pun berteriak lagi, “Dan yang ini adalah gaya Kabayan memanah.
Untuk itu kita tunggu hadiah dari Paduka Pak Gubernur .”
Sambil menahan tawa dan menggeleng - gelengkan kepalanya , Pak Gubernur menyerahkan hadiah kepada Kabayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar