Menu Baru Web PWS Medan

Bergabunglah dengan Paguyuban Wargi Sunda versi FaceBook , dapatkan info PWS terbaru , Jangan lupa DOWNLOAD File berbentuk Powerpoint ( pps ) dari web ini , dan semuanya tentu saja Gratis untuk anggota dan pembaca setia Web PWS - Medan , Haturnuhun
Myspace tweaks at TweakYourPage.com

Sabtu, 15 Maret 2008

Kisah Kapal Karam


Alkisah ada sebuah kapal kayu besar yang dek penumpang nya bertingkat tingkat. Di tingkat bagian atas adalah kamar mewah yg ditempati orang2 kaya, sedangkan dek penumpang bagian bawah adalah kelas ekonomi yg ditempati orang2 miskin.

Dalam perjalanan di tengah laut, suatu saat kapal kekurangan air tawar bersih. Para penumpang kaya di bagian atas masih memiliki air tawar yg cukup, karena kekayaan nya mereka bisa mendapatkan air dengan mudah dan memiliki persediaan yg cukup. Sedangkan para penumpang di bagian bawah, orang2 miskin hanya memiliki persediaan air yg sedikit dan saat persediaan air tawar habis, mereka kehausan karena nya.

Para penumpang miskin di bagian bawah pun, meminta pada para penumpang kaya di tingkat bagian atas kapal, agar membagikan juga persediaan air mereka.“enak saja minta , beli dong” kata penumpang kaya menanggapi permintaan tersebut. Tapi orang miskin tak punya uang lagi, persediaan air habis, mereka kehausan, putus asa karena nya.

Ada penumpang di bagian bawah kapal yang karena saking kehausan nya, melihat ke jendela kapal, betapa sebenarnya di luar banyak air juga. Karena tak diberi air juga akhirnya ia pun membolongi dinding kapal dengan harapan bisa mengambil air laut. Melihat hal tersebut para penumpang lain nya mengikuti, membolongi kapal agar dapat air, mereka tak menyadari bahwa air laut tak bisa mengatasi rasa haus mereka.

Akhirnya bagian bawah kapal pun banyak yg bolong bolong karena nya. Air laut pun masuk ke dalam kapal, mulai dari bagian bawah sampai ke atas, sehingga akhirnya seluruh kapal pun karam karena nya. Semua penumpang tenggelam, baik penumpang miskin di bagian bawah, maupun para penumpang kaya di bagian atas.

Kisah tersebut diceritakan oleh seorang pengelana dari Bangladesh yg saya temui di sebuah mesjid, sebenarnya itu hanya sebuah cerita perumpamaan bukan cerita sebenarnya. Sebuah cerita untuk menggambarkan betapa manusia harus saling tolong menolong demi kebaikan, orang yg diberi kelimpahan materi (orang kaya) perlu membantu mereka yg mengalami kesusahan hidup (orang miskin). Kalau sesama manusia tak mau saling tolong menolong, maka semuanya tanpa kecuali akan mengalami kemalangan hidup, semua akan menderita karena nya.

Misal di sebuah bukit ada perambah hutan yg menebangi pepohonan di atas bukit, kalau para penduduk desa yg berada di bawah bukit tersebut semua orang acuh2 saja , merasa itu bukan urusan nya dan membiarkan nya. Suatu saat akan terjadi tanah longsor atau banjir besar di musim hujan, atau kekeringan di musim kemarau, maka semua orang akan menerima akibat nya.

Analogi yg sama berlaku pula antara orang yg baik2 (soleh) dengan orang2 yg berbuat kejelekan / kerusakan (dosa). Orang2 yg soleh harus saling mengingatkan pada sesama nya yg berbuat kejelekan. Sebab bila tidak semuanya akan mendapat celaka. Sebuah daerah yg mana ada orang yg soleh dan ada juga orang yg berbuat kerusakan (dosa), maka bila ada musibah atau azab semuanya akan merasakan nya.

Kepedulian pada sesama, saling tolong menolong adalah sikap yg mulai banyak berkurang saat ini di masyarakat kita. Dalam keadaan ekonomi yg susah ini, orang cenderung ingin cari selamat sendiri, tak peduli orang lain. Orang kaya, hidup berfoya2 menikmati kekayaan yg menurut nya telah dengan susah payah dicarinya, mengapa pula harus berbagi dengan orang lain seperti orang miskin yg dianggap nya pemalas.

Orang miskin pun mencari segala cara untuk mencukupi keperluan hidupnya, sampai menggunakan cara2 yg tidak halal mendapatkan nya. Karena ketidakpedulian pada orang2 miskin, maka akhirnya orang2 kaya pun akan terganggu pula kenyamanan hidupnya. Kalau bermobil lewat perempatan jalan banyak diganggu pengemis atau penodong.
Mereka tak nyaman tinggal di perumahan mewah nya yang bagaikan pulau di tengah masyarakat miskin di sekitarnya, takut dirampok, takut anaknya diculik, dimintai duit cepek’an tiap lewat perempatan jalan, dan setumpuk kekhawatiran lain nya.
Kita harus menyadari kita hidup bersama di dunia ini, saling peduli, saling berbagi, kebersamaan dengan beragam manusia adalah sebuah keniscayaan hidup.

Kang Hendra Nessa

Tidak ada komentar: